Kamis, 15 Maret 2012

Tukang Tambal Ban dan Politisi

(99 persen cerita ini sungguh benar terjadi)
 

Jakarta, akhir Februari 2012: satu lubang kecil mampir di ban dalam motorku. Dimana bisa aku temukan tukang tambal ban?

"Di sana, maju saja terus," penjual air minum memberi petunjuk.

Benar. Tak susah mencarinya.

Bang, bisa tambal ban? Ia mengangguk. Lekas menyuruhku menaikkan motor, lebih mendekat.

Proses dimulai. Tapi, ada yang berbeda. Bukan serupa puluhan tukang tambal ban yang pernah aku temui. Ia lebih agresif, mungkin juga kreatif. Bukan ban dalam yang dikeluarkan dan lekas ditembel. Ia menceraikan velg dan ban bersama-sama dari raga motor. Rantai dilepas dari gear.

Mungkin begitulah cara ia menambal ban, pikirku. 


Mulailah ia bercerita tentang kejelekan motorku. Ia telanjangi, agar aku bisa melihat lekuk senonoh dan panu-panu motorku. 

"Pak, kampas remnya sudah habis. Lihat, cakram motor bapak, tipis. Harus diganti." Tangannya cekatan melepas karet yang menempel di tromol. Katanya, kampas rem yang habis membuat karet tak melekat lagi. 

Tukang ban ini melampau yang ku minta: menambal ban. Tak apa. Cukup jawab: oo…iya...iya...ooo… 

Mudah ditebak. Ia menawarkan kampas rem baru. Katanya "ini lebih bagus dari aslinya". Satu paket kampas rem disodorkan kepadaku. 

Ia tak henti bicara, membujukku agar yakin barangnyalah yang paling pas untukku. 

Ocehan "lebih bagus dari aslinya," jelas mengganggu akal sehat. Adakah barang yang lebih bagus dari yang asli? Tampaknya dia mulai berbohong. Mungkin bukan berbohong, tapi membual. Apa bedanya? 

"Kalau saya bilang bagus, barangnya pasti bagus. Saya tidak bohong. Bapak bisa buktikan. Saya akan beri nota. Kalau remnya tidak bagus bapak bisa kembali ke sini. Uang akan saya kembalikan." Ia merayu lagi dengan logika yang sulit dimengerti. Mana mungkin saya ke sini lagi, memprotesnya karena ternyata kampas rem tak berfungsi baik, meminta uangku kembali, dan memerintahkan memasang kampas rem yang lama? 

Aku pandangi wajahnya. Tampak lugu. 

Perhatianku beralih ke kampas rem yang disodorkan. Bentuknya nampak lebih kecil dari yang lain. Tercetak satu merek yang disablon tak rapi di besinya. Merek yang tak terkenal. Dibanding merek lain, yang ia sodorkan pula sebagai pembanding, jelas tubuh kampas rem ini tak menyakinkan. Tulisan merek tak dicetak tenggelam ke dalam besinya. 

Perhatiannya beralih ke yang lain. Mulai sibuk melepas ban dalam, memasang karet tromol. Ada lubang kecil di dekat tambalan lama, katanya. "Terserah bapak, mau ditambal atau ganti yang baru." Kali ini ia lebih bersahabat. 

Ah, ia kambuh. Kali ini membual soal ban dalam baru tak bermerek yang ditawarkan sebagai ganti ban lama yang bolong. "Kualitasnya sama dengan ban xxx." 

Dia membandingkan bannya dengan ban bermerek lain yang iklannya sering nongok di sirkuit MotoGP. Perbandingan keliru. Ia tak tahu sedang bicara dengan siapa: penggila MotoGP. Sampai-sampai hafal iklan di setiap tikungan sirkuit yang dilalui Valentino Rossi itu. Jangan samakan banmu yang bermerek dari antah barantah dengan ban lain yang menghabiskan duit miliaran untuk beriklan di MotoGP. 

Tak mengapa. Kali ini aku biarkan ia menang. Ganti yang baru saja, kataku. 

Tukang ban ini merasa berhasil memengaruhi. Bergegas memasang ban baru. Gerakannya mulai menunjukkan satu tahap lagi: memasang kampas rem baru yang sudah dipromosikannya susah payah. 

Tidak usah diganti kampas remnya, bang. 

Saya ingin menunjukkan tak semua bualannya berhasil. Justru ia merugi. 

"Saya kira sekalian diganti," lambat ia mengucapkan. Nada suaranya menunjukkan kekecewaan. Tangannya terus bekerja, menyelesaikan tugas hingga ban utuh terpasang. 

Total 40 ribu yang tercerabut dari dompetku kali ini. Uang itu tak lebih bernilai dibanding pelajaran tentang kejujuran. 

Politisi, tolong jangan ajari berbohong tukang tambal ban itu! (Samsuri) 

Jakarta, 15 Maret 2012. 


Sumber ilustrasi: www.potomafever.blogspot.com 

1 komentar:

  1. The 22nd St. Louis Casino & Hotel - Mapyro
    The 22nd St. Louis Casino & Hotel is an upscale destination that has an alluring feel, 출장샵 abundant fun 경상북도 출장마사지 and 평택 출장안마 a lot 제천 출장샵 of fun. 광양 출장마사지

    BalasHapus